Selamat Datang

SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERBAGI

Rabu, 19 Januari 2011

KEPOMPONG DAN KUPU-KUPU

Saat usiaku masih belia, waktu itu, kalau tidak lupa, aku masih bersekolah di kelas 2 SMP. Aku menyaksikan kepompong yang berhari-hari menggantung di pohon sirsak di depan rumahku yang tak kunjung berbuah sejak pertama kali ditanam. Hari itu, sebuah lubang kecil tampak menganga dari ujung bawah kepompong itu. Ku saksikan berjam-jam lamanya, sebuah makhluk kecil bergerak, menggeliat berusaha keluar dari lubang itu. Ya, makhluk yang merupakan seekor ulat yang bersembunyi, terpenjara, dalam kepompong dan sebentar lagi akan bermutasi menjadi seekor kupu-kupu yang cantik.
Setelah sekian lama mendesak, menjulurkan bagian tubuhnya, sang cikal kupu-kupu itu diam. Tampak kelelahan yang amat sangat. Seakan tak mampu lagi bergerak. Tak tega melihat itu, kuambil sebuah gunting, lalu kurobek salah satu sisi kepompong itu menggunakan gunting, dengan maksud agar sang kupu-kupu segera dapat keluar dari “penjara”nya itu. Kupu-kupu itupun keluar dengan mudahnya, akhirnya. Tapi tubuhnya yang mungil tersebut tampak membengkak dan basah, sayapnya layu dan lembab. Kucoba menjemurnya agar sayapnya cepat kering dengan harapan kupu-kupu kecil itu dapat segera bangkit dan mengepakkan sayapnya. Tapi, usahaku tampaknya sia-sia. Kupu-kupu hanya bisa menggeliat dan merayap. tanpa pernah bisa mengepakkan sayapnya. Akhirnya, hanya beberapa saat ia bertahan hidup tanpa bisa terbang lalu mati dalam kelunglaian.
Mengingat kejadian masa lalu itu, setelah kupahami secara kimiawi –biologis yang kupelajari saat SMA, aku mulai menyadari, bahwa segala kebaikan dan ketergesaan yang kulakukan adalah kekeliruan yang amat sangat. Rupanya, kepompong yang memenjarakan sang ulat yang menjijikkan itu dan perjuangannya yang ditempuh untuk keluar dari lubang kecil itu merupakan cara Tuhan memeras cairan dari tubuhnya untuk diserap oleh sayapnya agar kuat sebagai runtutan dari sebuah proses metamorphosis ulat yang buruk dan menjijikkan menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dengan sayapnya yang warna-warni. Melalui proses yang tampaknya menyiksa itu, sayap kupu-kupu menjadi lebih kuat untuk dikepakkan dan terbang saat keluar dari kepompong itu.
Kini kusadari, terkadang perjuangan demi perjuangan mutlak dibutuhkan dalam hidup ini. Agar kita terus mengalami “metamophosa” menjadi pribadi yang lebih cantik dan siap menghadapi hidup dengan “sayap” yang kokoh. Jika Tuhan tak pernah memberikan ujian dan kerumitan dalam hidup kita, niscaya kita akan menjadi pribadi yang cacat, lumpuh dan tak kebal akan penderitaan dan godaan. Kita tak akan pernah bisa kuat menjalani hidup ini, meski hidup dalam istana emas dan duduk di singgasana kekuasaan.
Ketika aku menginginkan kekuatan, maka Tuhan memberiku kesulitan agar aku kuat. Ketika aku menginginkan kebijakan, maka Tuhan memberiku berbagai masalah untuk kupecahkan. Ketika aku menginginkan kekayaan, maka Tuhan memberiku otak dan otot agar aku dapat bekerja. Ketika aku menginginkan keberanian, maka Tuhan mengujiku dengan berbagai bahaya untuk ku atasi. Ketika aku mendambakan cinta, Tuhan memberiku orang-orang bermasalah untuk ku bantu. Ketika aku memohon kemurahan hati dan Tuhan membukakanku berbagai kesempatan. Kini aku bisa menyadari, ketika aku tak mendapatkan apapun yang kuinginkan, aku harus lebih bisa menerima apapun yang kubutuhkan

Tidak ada komentar:

Entri Populer