Zaman perbudakan telah hilang ratusan tahun lalu, namun perbudakannya sendiri masih terus ada di dunia modern dengan bentuknya yang variatif dan valuatif. Jauh daripada itu, sesungguhnya, ada hal yang lebih ganas dibanding perbudakan fisik yang pernah ada dalam sejarah umat manusia. Ya...perbudakan akali alias pemikiran.
Betapa tidak, di setiap perbudakan berbentuk fisik, setidaknya ada jaminan jasmaniah yang menyertainya. Hal itu terjadi sebagai konsekuensi logis agar tujuan utama yang bernama "KERJA" dapat terus dilakukan oleh para "budak" sehingga mampu menghasilkan keuntungan bagi para pemodal atau "tuan-tuan tanah" pemilik usaha.
Namun bagi perbudakan pemikiran, sejarah manusia mencatat, pendangkalan senjata utama manusia yang oleh Tuhan diberikan sebagai wujud kesempurnaan manusia amatlah mengenaskan. Suatu kisah menyedihkan tentang sejarah para Nabi yang mengalami penderitaan akibat perlawanan atas perbudakan pemikiran tersebut. Ketika seorang Ibrahim yang dibakar hidup-hidup, ketika Musa yang terusir dari negerinya, ketika Muhammad harus meninggalkan tanah lahirnya serta masyarakat akar nenek moyangnya,dan kisah-kisah Nabi lain yang bahkan harus mati demi sebuah pemikiran dan ajaran yang hendak mereka sebarkan.
Di dunia filsuf, kita mungkin tak lupa ketika seorang Socrates lebih memilih minum racun daripada harus membohongi kebenaran keyakinan ilmunya, atau Galileo yang mendapat siksaan, atau Bruno yang dibakar hidup-hidup, atau Descarte yang terpaksa juga harus hijrah akibat perlawanannya atas segala keyakinan dan pemikiran yang berkembang umum di masa itu. Pengorbanan untuk mendapatkan kebebasan berpikir, sering kali jauh lebih mahal dan memilukan ketimbang perlawanan pada perbudakan fisik.
Lantas, apakah senjata utama yang telah Tuhan anugerahkan buat kita, manusia, akan kita sia-siakan begitu saja. Akal manusia harus secara optimal dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang baik. Tak ada hak cipta yang dilabelkan di otak kita, demikian juga untuk semua hasil karya dan sensasi yang dimunculkan.
Mari kita mulai berbagi, diawali dengan berbagi pengetahuan dan pemikiran. Karena hakekat tertinggi manusia sebenarnya adalah sebagai makhluk paling mulia dengan akal pikirnya.....
R. Muttaqin
Kisah Nyata, Hasil Renungan, Cerita Lucu, Personifikasi kehidupan, Ontologi Puisi, dan Kalimat Bersayap Penuh Makna Untuk Menumbuhkan Introspeksi Diri dan Berbagi Kepada Sesama
Selamat Datang
SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERBAGI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
Ilmu “Bismillah” www.facebook.com Ini kisah nyata, sewaktu masih dibangku SMA, aku rajin ikut lati...
-
Ibrahim bin Adham adalah seorang raja yang sangat besar kekuasaannya. Oleh karena kehidupan yang mewah dan serba cukup tidak membawa ketenan...
-
1. Si Raja Batak (Sebelum Masehi dan Sebelum ada Marga) Merupakan nama kolektif dari para leluhur Batak. Banyak orang yang salah sangka de...
-
Sebuah jam dinding yang baru selesai dibuat. Pembuatnya menggantungkannya di dinding. Jam dinding baru yang masih muda itu melihat ke kiri d...
-
Menyikapi Segalanya dengan Kebaikan Tersebutlah suatu kampung, yang sebagian besar penduduknya selain bercocok tanam, mereka terkenal seb...
-
Membaca judul di atas, mungkin Anda semua mengira bahwa saya adalah orang yang amat sombong, angkuh dan pemuja harta. Untuk sementara, biark...
-
Menapaki perjalanan hidup di tahun 2010, banyak hal aku catat. tawa lepas, senyum getir, tangis mengisak, sampai galau hati yang menyesakkan...
-
1. Serve God, honour the King. Sembah Tuhan, hormati Raja. *English Proverb 2. Humor prevents the hardening of attitudes. Gurauan mence...
-
Kisah 1 Menemukan Kebaikan dalam Kesesatan Saat hari pertama aku memasuki dunia sekolah, aku diantar oleh ibuku. Sesampainya di sekolah,...
-
Seorang Gubernur pada zaman Khalifah Al-Mahdi, pada suatu hari mengumpulkan sejumlah tetangganya dan menaburkan uang dinar di hadapan mereka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar