Selamat Datang

SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERBAGI

Sabtu, 22 Januari 2011

Menanam Keyakinan, Menuai Bahagia

Masih terngiang dalam ingatan, saat menjelang ujian kelulusan sekolah dasar 22 tahun lalu. Guru kelas saya, Pak Sampirin Panjaitan memanggil saya ke depan. Saat itu, saya diperintahkannya menulis di papan tulis kata “TIDAK BISA” seluas papan. Lalu saya diperintahkannya untuk membaca keras-keras tulisan yang saya buat. Dengan polosnya saya berteriak, “tidak bisa”. Pak guru dengan santainya meminta saya membaca kembali dan berulang-ulang saya berteriak’tidak bisa…”. Lalu ia meminta teman-teman sekelas untuk membaca tulisan di papan tulis itu. Dengan suara koor, mereka juga berteriak “tidak bisa”.

Pak Sampirin tersenyum seraya berkata “coba engkau hapus kata ‘tidak’ nya”. Dengan cekatan dan sigapnya saya segera menghapus kata “tidak” di papan yang saya tulis tadi. Lalu guru bijak itu meminta saya membaca tulisan yang tersisa. “bisa”, teriak saya lantang. Setelah itu, saya disuruhnya kembali duduk di bangku.

“Anak-anakku”, begitu pak guru membuka pembicaraannya. “Tak lama lagi kalian akan beranjak ke tingkat pendidikan SMP, kalian akan menempuh hidup baru sebagai siswa sekolah menengah dan terus akan menapaki jenjang pendidikan lebih tinggi sampai kalian dewasa nanti. Satu hal saya berpesan kepada kalian semua. Jangan pernah menanam pesimisme dalam hati kalian, selalulah yakin akan kemampuan kalian, mencoba adalah permulaan suatu usaha dan usaha adalah suatu percobaan yang terus menerus. Bila keraguan menyelimuti hati, maka selamanya kalian hidup dalam keterpurukan. Kegagalan merupakan suatu resiko yang tak perlu ditakuti, tapi sebuah kenyataan yang harus selalu diperhitungkan. Jadi, hanya itu bekal yang bisa bapak berikan, semoga kalian menjadi manusia yang berguna bagi banyak orang”.

Pengalaman masa kecil saya di atas, merupakan suatu renungan yang pantas kita ambil hikmahnya. Betapa bila kita menanam keyakinan, suatu saat nanti akan kita petik hasil yang membahagiakan, yakni kesuksesan. Terima kasih pak guru, bekal yang engkau berikan tak habis dimakan waktu.


Rachmat Muttaqin

Tidak ada komentar:

Entri Populer