Selamat Datang

SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERBAGI

Jumat, 28 Januari 2011

Cerita Muttaqin: Belajar Berempati dan Berbagi

Cerita Muttaqin: Belajar Berempati dan Berbagi: "Menapaki perjalanan hidup di tahun 2010, banyak hal aku catat. tawa lepas, senyum getir, tangis mengisak, sampai galau hati yang menyesakkan..."

Kamis, 27 Januari 2011

Bulan Milik Bumi Sedang Bintang hanya Penghias

BINTANG..
Aku adalah bintang…
Aku tak pernah bisa dikenal sebagai seseorang yang menakjubkan. Aku makhluk biasa yang tak punya pengaruh apa-apa jika sendirian. Karena jutaan bintang sepertiku tersebar di antero langit. Sinarku pun tak mampu terangi bumi, tidak seperti Matahari milik tata surya. Namun begitu, aku selalu menemani rembulan di malamnya bumi, beriring sepanjang malam, setiap malam, sepanjang waktu hingga semua urusan berakhir. Sinarku tak berarti apa-apa, ku lakukan tugasku hanya untuk mempercantik langit di gulitanya malam, sebagai sahabat setia rembulan. Tapi aku bangga di samping rembulan yang cantik, wajahku jadi ikut terlihat menarik karena aura cahayanya. Bulan selalu sendiri, mandiri, tegas dan tetap lembut tak menyilaukan. Tapi aku bangga selalu menemaninya sepanjang waktu.
Aku menyayanginya, membantu beri sinarku meski mungkin tak berarti buatnya. Aku pernah mencoba mendekatinya, tapi kegalauan dan kegetiran yang timbul. Andai ku dekat dengannya, bisa jadi aku akan membakarnya, menghancurkan tubuhnya, merusak kecantikannya, karena sejatinya, bagaimanapun aku adalah bintang, yang memiliki hawa panas jutaan kali dari mataharinya tata surya. Meski ku tampak dekat, ternyata aku ditakdirkan hanya boleh menemani bulan sepanjang usia dari jarak yang amat jauh, berjuta mil bahkan jarak dengan tahun cahaya seperti ilmuwan bumi yang genius bernama Einstein.
Ya, aku adalah bintang yang selalu setia mendampingi bulan dari jauh…teramat jauh. Namun begitu, hati kami selalu dekat, sedekat mata memandang, tidak sampai lebih dari sehasta tulang lengan. Bulan memang ditakdirkan hidup bergandengan dengan bumi, menemani bumi dan melayaninya tiap malam, sedang diriku hanya untuk menambah cantik hidupnya yang memang sudah teramat cantik. Aku ikhlas ditakdirkan sebagai bintang..

BULAN..
Aku adalah bulan…
Aku selalu bisa dikenali, karena kecantikanku. Meski ku sendiri, ku tak pernah kesepian. Sepanjang hidupku, ada bintang yang setia menemaniku. Meski sinar bintang setia itu tak mampu membantu menyinariku, dia adalah kekasih yang tiada bandingnya.
Aku bahagia dia hadir dalam hidupku, tapi ku tak pernah bisa mengharapkan hadirnya dekat denganku. Dia selalu terasa jauh dari pandangan mataku. Bahkan setelah kusadari, dia memang tak pantas bersanding dekat denganku. Biarlah ku nikmati sinarnya sepanjang hidupku dari kejauhan, karena dengan begitu, dia akan terasa selalu dekat denganku, tanpa harus menyakitiku, membentakku, merusak kecantikanku, dan melumatkan tubuhku.
Dalam takdirku, aku harus hidup berdampingan dengan bumi. Sosok sederhana yang harus ku layani sepanjang hidupku. Bagian dari kebanggaan dan kewajibanku atas pilihan hidup yang ku buat. Bumi selalu setia merangkulku sepanjang waktu, tidak hanya saat malam hari. Tidak seperti bintang yang kadang tidak bisa hadir di siang hari, padahal aku amat butuh hadirnya. Bumi selalu bisa memelukku, menghangatkanku.. Namun begitu, ku takkan pernah bisa melupakan bintang, karena di waktu-waktu tertentu, dia tiba-tiba datang dan menghangatkan hidupku tanpa menyentuhku, tapi dia selalu bisa menggetarkan hati dan jiwaku..

BUMI..
Aku adalah bumi…
Meski ku tak bersinar seperti makhluk angkasa lain, tapi aku memiliki segala sumber kehidupan yang dibutuhkan. Aku menggenggam air, udara dan segalanya. Dan hebatnya, si cantik rembulan selalu setia melayaniku sepanjang waktu, sepanjang hidupku. Bulan selalu mampu memanjakanku dengan cahayanya yang sering pula menimbulkan rangsangan gravitasi di tubuhku. Kecantikannya, kesetiaannya takkan pernah berubah. Oleh karenanya, aku sangat percaya pada janji setianya.
Ku tahu, kadang bulan lebih pantas beriringan dengan Bintang, tapi takdir takkan bisa diubah. Bulan harus selalu dekatku, bersamaku, dan melayaniku. Biarlah dia simpan rasa sayangnya untuk bintang, tapi ku yakin mereka takkan pernah bisa bersama secara dekat. Justru aku semakin senang, bintang kian menambah cantik hidupku, karena dia selalu menjaga bulanku tanpa pernah merusak kecantikannya.

R. Muttaqin

Dendam Positif

Di sebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab Saudi, di akhir tahun 40-an.

Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokan yang kering. Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang tampak didepannya dan segera mengisi air dingin ke dalam gelas.

Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan: "Hei, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur!"

Suara itu berasal dari mulut seorangi nsinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut. Remaja itu akhirnya hanya terdiam menahan haus.

Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan sekolah dasar. Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan lembaga Tahfidz Quran, tapi keahlian itu tidak ada harganya di perusahaan minyak yang saat itu masih dikendalikan oleh manajeman Amerika.

Hardikan itu selalu terngiang di kepalanya. Ia lalu bertanya-tanya: Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa segelas air saja dilarang untuk ku?
Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur ?

Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka? Pertanyaan ini selalu tengiang-ngiang dalam dirinya. Kejadian ini akhirnya menjadi momentum baginya untuk membangkitkan"DENDAM POSITIF".

Akhirnya muncul komitmen dalam dirinya. Remaja miskin itu lalu bekerja keras siang hari dan melanjutkan sekolah malam hari. Hampir setiap hari ia kurang tidur untuk mengejar ketertinggalannya.

Tidak jarang olok-olok dari teman pun diterimanya. Buah kerja kerasnya menggapai hasil. Ia akhirnya bisa lulus SMA.

Kerja kerasnya membuat perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu.

Ia dikirim ke Amerika mengambil kuliah S1 bidang teknik dan master bidang geologi. Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan. Selanjutnya ia pulang
kenegerinya dan bekerja sebagai insinyur.

Kini ia sudah menaklukkan dendamnya, kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu dilarang baginya. Apakah sampai di situ saja.

Tidak, karirnya melesat terus. Ia sudah terlatih bekerja keras dan mengejar ketinggalan, dalam pekerjaan pun karirnya menyusul yang lain.

Karirnya melonjak dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum sampai akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuah jabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal saat itu.

Ada kejadian menarik ketika ia menjabat wakil direktur. Insinyur Amerika yang dulu pernah mengusirnya, kini justru jadi bawahannya.

Suatu hari insinyur bule ini datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata; "Aku ingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu"

Apa jawab sang wakil direktur mantan pekerja rendahan ini: "Aku ingin berterimakasih padamu dari lubuk hatiku paling dalam karena kau melarang aku minum saat itu. Ya dulu aku benci padamu. Tapi, setelah izin Allah, kamu lah sebab kesuksesanku hingga aku meraih sukses ini."

Kini dendam positif lainnya sudah tertaklukkan. Lalu apakah ceritanya sampaidi sini?

Tidak. Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab.

Tahukan Anda apa perusahaan yang dipimpinnya? Perusahaan itu adalah Aramco (Arabian American Oil Company)perusahaan minyak terbesar di dunia.

Ditangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Kini perusahaaan ini menghasilakn 3.4 juta barrels (540,000,000 m3) dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 miliar barrels (4.20×1010 m3) minyak dan 253 triliun cadangan gas.

Atas prestasinya Ia ditunjuk Raja Arab Saudi untuk menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap dunia.

Tahukah kisah siapa ini? Ini adalah kisah Ali bin Ibrahim Al-Naimi yang sejak tahun 1995 sampai saat ini (2011) menjabat Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi.

Terbayangkah, hanya dengan mengembangkan hinaan menjadi dendam positif, isu air segelas di masa lalu membentuknya menjadi salah seorang penguasa minyak yang paling berpengaruh di seluruh dunia.

Itulah kekuatan"DENDAM POSITIF"

Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita. Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan akan menimpa kita.

Tapi kita sepenuhnya punya kendali bagaimana menyikapinya.

Apakah ingin hancur karenanya? Atau bangkit dengan semangat "Dendam Positif."

(dari buku Dendam Positif karya Isa Alamsyah dan Asma Nadia).

Selasa, 25 Januari 2011

Belajar Berempati dan Berbagi

Menapaki perjalanan hidup di tahun 2010, banyak hal aku catat. tawa lepas, senyum getir, tangis mengisak, sampai galau hati yang menyesakkan. Warna-warni suasana hati menjadi lukisan yang terus menempel di dinding pikiran ini. Banyak hal yang aku dapat di tahun ini salah satunya adalah belajar berempati dan berbagi

Pertama, pelajaran tentang berempati.

Bangsa ini hampir setiap tahun sejak runtuhnya jati diri sebagai sebuah bangsa selalu mengalami musibah yang cukup bahkan sangat besar. Nyawa anak bangsa tercerabut dengan mengenaskan. Terseret tsunami, tertimpa longsoran, tertimbun lahar panas, kekeringan, kelaparan, kerusuhan, kebakaran, banjir, dan sebagainya. Banyak yang terpanggil, bahkan sangat banyak yang peduli, tapi empati yang keluar belum mampu menunjukkan hakekat sejati bahwa kita bersaudara dalam sebuah kumpulan bangsa-bangsa.

Ada menteri yang berteriak tak peduli, saat kebijakkannya ditentang orang banyak. Beberapa tahun lalu, menteri perdagangan sempat sewot sewaktu hendak menaikkan harga susu dan beras. Pernah terucap di media massa, menteri perdagangan perempuan berwajah oriental ini mengatakan "Lha wong harga susu cuma naik 15%, ndak banyak. Kalau dari harga 20 ribu kan cuma naik 3 ribu" ...hahaha...cuma 3 ribu...buat bu mentri memang gak banyak, 1 juta pun masih kecil, tapi buat rakyat miskin 3 ribu itu bisa membeli 6-7 butir telur yang bisa buat lauk 2 hari.

Ok, kembali ke tahun 2010, banjir Wasior di Papua, Tsunami di Mentawai, dan Letusan Merapi di Jogja adalah 3 bencana besar yang mewarnai negeri ini dengan tangis dan kesedihan. Lagi-lagi kita selalu salah berempati. Ramai-ramai kita menyumbang apa yang kita miliki, ikhlas memang, meski ada beberapa yang narsis muncul di layar televisi, tapi apapun, kita lupa satu hal, korban bencana tidak hanya butuh bantuan materi, tapi kecekatan dan kecepatan kita melakukan penanggulangan saat bencana datang mungkin menjadi hal yang paling dibutuhkan. Kita selalu terbentur hal2 prosedural, menunggu instruksi, menunggu ini dan itu, padahal korban bencana butuh kesegeraan. Empati menjadi kata yang selalu salah diartikan, empati amat berbeda dengan bersimpati. Seperti betapa ngototnya Mendagri meloloskan RUU keistimewaan Jogja, padahal dia tak pernah mendalami bagaimana nuansa hati dan kejiwaan orang2 jogja. Ditambah, bahwa Jogja masih dalam suasana duka. Teringat sebuah tulisan yang pernah dimuat di Harian Republika tahun 2005. (Adalah Abubakar, seorang siswa SD, anak konglomerat yang entah keturunan ke berapa, karena dari buyutnya memang sudah menjadi saudagar kaya raya. Dia selalu diantar jemput bila ke sekolah dengan mobil mewah yang dikemudikan sopir khusus buat dirinya. Pada suatu hari, guru bahasa di kelasnya yang berasal dari kelas menengah, meminta semua murid di kelas membuat sebuah cerita (pelajaran mengarang) tentang kehidupan orang miskin). Dengan penuh semangat dan hati yang tulus, Abubakar memulai ceritanya "Pak Hanif adalah orang miskin, rumahnya hanya dua lantai, kolam renang di rumah Pak Hanif hanya sebulan sekali dibersihkan oleh tukang kebunnya yang sederhana, kesederhanaannya tampak dari handphone yang dia miliki. Pembantu di rumah Pak Hanifpun cuma 2 orang. Handphone para pembantunyapun model lama yang hanya berfitur biasa tanpa 3G. Anak-anak Pak Hanif hanya bisa liburan ke Bali bila masa libur panjang tiba. Kasihan mereka, karena begitu miskinnya, mobil yang mereka miliki hanya digunakan oleh Pak Hanif untuk berangkat kerja, sedang anak2 mereka hanya menggunakan sepeda motor saat berangkat kerja. Aku pingin membantu keluarga miskin itu, tapi Papiku selalu melarangku keluar rumah../ceritanya sudah saya singkat dan edit)

Kawan, begitulah gambaran kesalahan kita berempati, kita merasa tahu betul apa yang dibutuhkan oleh saudara2 kita yang miskin, padahal tidak. Kita yang terbiasa hidup dalam dunia glamour tiba-tiba harus merasa terharu dan berbelasungkawa. Begitulah konsep BLT yang pernah dilakukan pemerintahan SBY, bagi pemerintah, rakyat dicekoki uang recehan akan senang dan diam, ternyata, efeknya luar biasa buruk, banyak yang pingsan, tersiksa dengan antrian, belum lagi disunat sana sini.

Saya ingin bercerita panjang, tapi untungnya, sudah tersedia di hadapan saya sebuah lagu karya Ebiet G Ade, seorang bintang yang menjadi salah satu inspirasi saya dalam berkarya, Judulnya "Berjalan Diam-diam" begini syairnya....

berjalan diam2 ternyata banyak makna, setiap sudut dapat aku lihat
semua yang tersembunyi serta merta kubuka, kotor berdebu, kumuh dan kusam
seperti apa adanya...

Angin menampar-nampar, membuatku terperangah
aku terhenti di kaki bukit
Ranting kering kerontang, patah berderak-derak
Sejuta anak sakit dan lapar..
Menari-nari di mataku, bernyanyi-nyanyi di jiwaku..

Gemuruh tanah runtuh menimpa kepala, seiring jerit ngilu menyayat..
Gemuruh gumam doa, gerimis air mata, simpati hanya lewat jendela

Terlampau jauh untuk diraih..
Bunga-bunga karang, merenda buih air, pecahkan gelombang
Mereka terus merangkak, menggapai batang angin, kita tak melihat...
Mari kita bersama-sama berkaca..lihat luka bernanah di wajah kita..
Berjalan diam-diam ternyata lebih bermakna..semuanya.. berbicara.. sejujurnya..


Sahabat...maukah kita...beranikah kita....untuk menegakkan dada, memukul tambur dan berjanji dalam hati...bahwa menapaki tahun baru 2011, kita sama-sama canangkan sebagai tahun "BERBAGI UNTUK SESAMA DENGAN EMPATI YANG SEBENARNYA". Kita tidak berharap apalagi berdoa bahwa di tahun 2011 dan seterusnya bencana akan menimpa kita, tapi kita tak pernah tahu, skenario Tuhan buat hidup kita dan bangsa ini. Yang kita butuhkan adalah kesiapan kita untuk sewaktu-waktu siap dan ikhlas menerima kenyataan bahwa musibah akan melanda kita. Tak cukup dengan air mata, tapi kita butuh kebersamaan dengan saling menghargai dan berbagi. Selanjutnya sebagai kata akhir, saya hanya ingin mengucapkan dari lubuk hati terdalam SELAMAT TAHUN BARU 2011, semoga berkah Tuhan menyelimuti hidup kita selamanya.


R. Muttaqin

Surat Terbuka Dari Langit

Mungkin inilah jalan terbaik
Bagi kita dan semua orang-orang yang kita cintai
Mungkin inilah jalan yang paling benar
Untuk membuktikan kesucian cinta

Aku yang naïf…
Yang berdiri di atas kesombongan
Tak mampu melihat kenyataan
Bahwa cinta bukan untuk dipertontonkan
Bahwa cinta bukan untuk dibuktikan
Bahwa cinta bukan untuk dibanggakan

Cinta adalah bahasa hati
Yang harus dinikmati dan disyukuri
Yang harus diberikan dengan keikhlasan
Yang harus dicerna tanpa emosi

Keabadian cinta tak berujud kata-kata
Keabadian cinta tidak berbatas waktu, keadaan, ataupun suasana
Karena cinta itulah keabadian

Cinta tak mengenal kata kecewa
Cinta tak mengenal kata cemburu
Karena cinta adalah kemandirian

Aku yang naïf…
Yang bersandar pada kebohongan
Tak mampu membuka tabir kebenaran
Tentang rasa sayang yang tulus
Tentang rasa sayang yang murni
Tentang rasa sayang yang ikhlas
Kasih sayang adalah jiwa
Bagi kehidupan yang imani
Bagi penghormatan yang suci
Bagi pengabdian yang sejati

Aku yang naïf…
Yang terbaring dalam sepi
Kini hanya bisa berfikir dan merenung
Bahwa cinta sejati merupakan budi
Bahwa cinta sejati tak perlu dicari
Bahwa cinta sejati tak perlu ditangisi

Karena ia selalu tumbuh di dalam hati
Karena ia selalu hadir di dalam mimpi
Karena ia selalu ada bersama aliran darah yang
menerobos di setiap dinding nadi
Dan kini baru ku mengerti
Engkaulah cinta sejati itu
Yang menggetarkan jiwa setiap waktu


R. Muttaqin

Entri Populer