Selamat Datang

SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERBAGI

Kamis, 20 Januari 2011

Melihat dengan Mata Hati

Beberapa tahun terakhir, mata, telinga, mulut, hati dan bahkan pikiran kita disibukkan oleh masalah ketidakjujuran, kebohongan, penyelewengan, korupsi, dan berbagai kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan dan negara.
Bagi orang-orang yang apatis, masalah ini dianggap buang-buang waktu, bagi orang-orang yang skeptis, hal ini amat sulit diubah, bagi para aktivis, semua ini merupakan saat untuk melakukan perlawanan dan menunjukkan eksistensi sebagai "orang-orang idealis". Lantas, bagaimana masyarakat awam harus bersikap dengan kepolosan dan keluguan mereka sebagai warga negara. Yang pasti kebimbangan, kebingungan, dan teror ketakutan akan menghantui hidup mereka setiap waktu. Betapa tidak, harga bahan kebutuhan pokok terus melangit, kepastian akan keberadaan barangnya pun meragukan, sementara kebutuhan di luar isi perut juga terus menuntut. Alhasil, sebagian yang pasrah hanya ikut arus, lainnya nekad berbuat jahat. Bahkan muncul prinsip hidup yang aneh tapi umum terjadi, "cari yang haram aja susah, apalagi yang halal".
woouuw...wooouwww...apakah Tuhan sudah mati di negeri ini, atau Tuhan sudah dideportasi ke luar negeri agar tidak ikut campur menyelesaikan urusan bangsa dan negara ini. Gila....ini benar-benar gila...
Tuhan tidak punya pasport karena tidak butuh pasport untuk pergi dari satu negara ke negara lain. Tuhan tidak butuh manusia untuk membutuhkannya, karena bagiNya, tak ada pengaruhnya apakah seisi dunia ini masih butuh Dia atau tidak. Tapi lain soal kalau manusianya sendiri yang melupakanNya.
Segala teori sudah dibukukan, kitab sucipun sering dikumandangkan bahkan dikhotbahkan, tapi bagi kita Tuhan hanyalah komoditi yang akan digunakan saat kita kepepet, saat tak ada lagi materi yang bisa diharapkan.....nauzubillah...
Lantas, apa perlunya Tuhan untuk ikut campur menyelesaikan urusan bangsa dan negara ini. Jawabnya : tak ada. Tak perlu Tuhan turun tangan, ini masalah sepele....bukan gradenya Tuhan terlibat di sini. Semua kembali pada kita. Yang perlu kita tautkan untuk keberadaan Tuhan adalah, bahwa Dia harus hidup dalam hati kita, mengawal setiap gerak langkah kita, agar semua perbuatan kita memiliki nuansa cahayaNya. Tak perlu dengan khotbah sampai berbusa.
Hanya satu jalan agar semua kembali pada koridor yang seharusnya, yakni, menanam sifat Tuhan dalam hati kita masing-masing agar semua yang kita kerjakan berdasar pada kebenaran dan kebaikan. Idealis...ya begitulah...karena kalau hanya menghujat, mengkritik, memuji atau membela...kita sendiri tidak pernah tahu mana yang benar dan salah, siapa penjahat dan siapa pejabat, semua sudah campur aduk, sulit memilih dan memilah. Mungkin dengan mata hati, perlahan kita bisa melihat kebenaran hakiki, kebenaran yang sesungguhnya yang terang benderang seperti cahaya Tuhan.

Rachmat Muttaqin

Tidak ada komentar:

Entri Populer